Penggunaan teknik pembekuan ASI dan transformasinya menjadi bubuk, yang juga dikenal sebagai proses freeze-drying, telah menjadi sorotan hangat di berbagai platform media sosial. Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk memperpanjang masa simpan ASI dari sekitar 6 bulan dalam kondisi pembekuan menjadi hingga 3 tahun. Salah satu alasan utama adalah untuk menghemat ruang penyimpanan ASI dan memberikan kemudahan bagi ibu yang ingin terus memberikan ASI di luar periode cuti melahirkan.
Proses ini melibatkan pembekuan ASI pada suhu ekstrem sekitar -50 derajat Celsius selama beberapa jam, diikuti dengan transformasi ASI beku menjadi bubuk susu melalui teknik sublimasi. Sublimasi adalah proses di mana air diekstraksi dari bentuk padat (es) langsung ke bentuk gas (uap air) tanpa melewati fase cair. Sebagai contoh, setiap liter ASI biasanya akan menghasilkan sekitar 140 gram bubuk susu.
Namun, Ketua Satgas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A (K), menyoroti bahwa proses freeze-drying ini dapat berdampak pada rasa dan kualitas ASI. Beliau menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti penelitian yang memadai mengenai apakah ASI yang diubah menjadi bubuk dengan metode freeze-drying memiliki komposisi nutrisi yang tepat, termasuk protein, lemak, dan karbohidrat yang dibutuhkan bayi, serta zat-zat aktif yang penting untuk kekebalan tubuh dan perkembangan bayi.
Pembekuan ASI yang umumnya dilakukan di rumah telah terbukti dapat menyebabkan perubahan fisik pada komponen utama ASI, seperti kerusakan pada membran gumpalan lemak dan perubahan pada misel kasein, serta penurunan kandungan faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku. Selain itu, proses freeze-drying juga tidak melibatkan prosedur pasteurisasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri berbahaya. Meskipun pasteurisasi tidak dilakukan untuk menjaga probiotik yang penting dalam ASI, hal ini meninggalkan risiko kontaminasi, terutama saat air ditambahkan kembali pada bubuk ASI sebelum dikonsumsi oleh bayi.
Dr Naomi menegaskan pentingnya menyusui langsung dari payudara ibu karena tidak hanya memberikan ASI, tetapi juga membangun ikatan yang erat antara ibu dan bayi serta meningkatkan rasa aman. Dia menekankan bahwa menyusui bukan hanya tentang memberikan nutrisi, tetapi juga tentang proses interaksi dan ikatan antara ibu dan bayi.
Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk memahami metode ini secara menyeluruh dan mempertimbangkan dampaknya sebelum memutuskan untuk menggunakannya. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter laktasi kami sebelum mencoba metode baru dalam menyusui.
1dari4